Jakarta, Titik Kumpul – Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Veronica Tan, berbicara pada peluncuran Program Kesehatan Mental TikTok bersama WHO pada 14 November 2024 di Indonesia, menyampaikan keprihatinannya atas peluncuran Program Kesehatan Mental pada 14 November , 2024. teknologi. dan media sosial tentang kesehatan mental perempuan dan anak di Indonesia.
Di era yang semakin digital, Veronica Tan percaya bahwa masalah kesehatan mental seperti depresi dan stres menyebar seperti epidemi dan memerlukan perhatian yang cermat.
Menurutnya, jejaring sosial khususnya TikTok merupakan platform dua sisi yang bisa menjadi sarana edukasi positif maupun negatif. Yuk simak terus artikel lengkapnya di bawah ini.
Veronika Tan mengawali sambutannya dengan menyambut hadirin.
“Assalamu alaykum warahmatullahi wabarakatuh, semoga sukses untuk kita semua. Terima kasih sudah menunggu saya di acara tersebut untuk berbicara tentang program kesehatan mental. Jadi saya baru sebulan di kementerian dan kemudian menjadi jelas bahwa kesehatan mental sudah menjadi seperti epidemi,” kata Veronica Tan.
Pidato tersebut sekaligus menjadi pembuka kepedulian Veronica terhadap fenomena kesehatan mental yang marak dan menimpa banyak kalangan.
Ia kemudian menyoroti peran media sosial, khususnya TikTok, sebagai salah satu platform terbesar bagi anak muda saat ini.
Menurut Veronika, “TikTok adalah platform pedang bermata dua,” katanya.
Platform ini dapat digunakan sebagai alat pendidikan yang efektif jika digunakan dengan benar. Namun, Veronika menilai aksesibilitas dan kemudahan akses TikTok membuka peluang bagi pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan konten negatif atau bahkan berbahaya.
Diakuinya, platform jenis ini bisa menjadi ladang subur bagi konten-konten yang berdampak pada perkembangan mental dan perilaku penggunanya, khususnya perempuan dan anak-anak.
Salah satu isu yang disampaikan Veronika dalam sambutannya adalah pentingnya aturan untuk membatasi penyebaran konten negatif di media sosial.
Veronika menegaskan, diperlukan pendekatan dua arah: pencegahan melalui edukasi dan komunikasi positif, serta perlindungan hukum bagi mereka yang melakukan tindakan yang tidak diinginkan di ranah digital.
Katanya: “Jadi kita harus mampu. Dengan kata lain, jika kita membuat platform, pencegahan kita, dukungan kita. Tapi kita perlu punya aturan tentang bagaimana, jika itu terjadi, bagaimana kita bisa memprediksinya, apa yang bisa dilakukan oleh pelaku kejahatan. Tidak bisa dihentikan, jelas Veronica.
Peraturan seperti ini diyakini akan memberikan perlindungan yang lebih kuat bagi penggunanya, terutama kelompok rentan seperti perempuan dan anak-anak.
Veronica Tan juga mengatakan, meski pemerintah dan berbagai pihak telah berupaya keras untuk menekan angka kekerasan dan pelecehan, namun hasilnya masih belum maksimal.
Artinya kita tahu bahwa hasil dari segala usaha yang kita lakukan pada akhirnya tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Ternyata, persentasenya jauh lebih tinggi,” katanya, seraya menekankan betapa sulitnya memperluas hak dan peluang perempuan. melindungi anak-anak di era digital.
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa pemerintah menyadari kekurangan dalam kasus perlindungan yang diterapkan selama ini. Dalam sambutannya, Veronika juga menekankan pentingnya peran masyarakat dalam menciptakan lingkungan positif di media sosial.
Ia mengimbau masyarakat memanfaatkan platform digital sebagai wadah untuk mendorong komunikasi yang sehat dan pendidikan yang bermanfaat.
“Bagaimana dengan masyarakat? Mari kita bicara tentang sesuatu yang baik. Mari kita bicara, kita bisa bicara. Perempuan bisa melakukannya. Mari kita bicara tentang perempuan, kekerasan dan segalanya. Ini akan mudah. Sadarlah,” katanya, seraya menambahkan bahwa masyarakat akan lebih aktif. semoga mendorong interaksi positif di media sosial.
Selain mengedepankan pendidikan, Veronica Tan berpesan agar perempuan harus berdaya dan mandiri untuk menghadapi tantangan di era digital ini.
“Karena dengan adanya perempuan yang kuat maka kita tidak perlu takut pada mereka, dengan membesarkan perempuan menjadi perempuan yang pintar dan cerdas maka kita tidak perlu takut pada mereka.” menjelaskan.
Dalam konteks ini, Veronika meyakini pendidikan yang baik dapat mengubah perempuan menjadi individu mandiri yang tidak mudah terpengaruh pengaruh negatif dan dapat melindungi dirinya sendiri.
Veronica juga menegaskan, dalam menghadapi perkembangan teknologi yang pesat, pemerintah memerlukan kerja sama yang kuat dengan masyarakat lokal untuk mencapai pemberdayaan yang berkelanjutan.
Menurutnya, masyarakat dapat menjadi motor penggerak untuk menciptakan perubahan positif yang diinginkan, khususnya di bidang pendidikan dan perlindungan anak.
“Mari kita wujudkan gerakan kita, mari kita bersikap positif dan melindungi bersama,” ujarnya seraya mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk berpartisipasi dalam gerakan pemberdayaan dan perlindungan perempuan dan anak.
Veronica juga mengatakan pemerintah akan terus berupaya menjadikan Indonesia menjadi negara yang kompetitif dengan sumber daya manusia yang berkualitas.
Dengan sumber daya alam yang melimpah, Veronica berharap Indonesia dapat memberdayakan perempuan dan anak dalam menghadapi tantangan ekonomi dan sosial di masa depan.
“Kita mempunyai sumber daya alam yang besar, namun sumber daya alam tersebut harus diimbangi dengan sumber daya manusia yang kuat,” jelasnya.
Sebagai langkah terakhir, Veronica berharap pemerintah, komunitas, dan masyarakat dapat bekerja sama untuk membuat peraturan yang menjadi pedoman dan perlindungan bagi perempuan dan anak.
“Ini juga kampanye. Mulai hari ini saya mengajak semua pihak untuk membantu Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perempuan dan Anak, hentikan pendidikan transgresif, hentikan pendidikan menyimpang, hentikan konten menyimpang. Itu tidak baik.” diakhiri dengan harapan.
Dengan meningkatnya regulasi dan kesadaran, Veronica Tan optimis Indonesia dapat menciptakan lingkungan digital yang aman dan sehat bagi seluruh masyarakat, terutama perempuan dan anak-anak.
Kami berharap melalui langkah nyata dan sinergi bersama, kesehatan mental dan pemberdayaan perempuan dan anak di Indonesia dapat terjamin.