Titik Kumpul, JAKARTA – Pengguna media sosial dihebohkan dengan kabar seorang pasien berinisial WM meninggal dunia pada Kamis, 21 November 2024. Ayah pasien berinisial WM mendatangi salah satu rumah sakit di Surabaya untuk menuduh dokter yang merawat pasien menganiaya putrinya. Sang ayah berteriak ke pihak rumah sakit, menuduh para dokter lalai secara medis dengan memberinya vitamin B kompleks, yang diyakininya menjadi penyebab kematian anaknya.
Sementara itu, dokter IGD Dr. Angela Puspita menjawab kasus tersebut dengan menjelaskan bahwa pihak keluarga meminta izin untuk memberikan susu dan roti kepada pasien. Namun perawat menyarankan agar pasien dapat diberikan roti dan susu karena pasien masih menderita diare yang dapat memperburuk kondisinya.
Meskipun demikian. Keluarga tetap memberikan roti dan air mineral kepada WM. Sekitar 15 menit setelah makan, pasien mulai mengalami sesak napas. Pada pemeriksaan, bibir WM membiru, tanda adanya sumbatan jalan napas.
Jadi apakah ada bahayanya memberi makan roti dan susu kepada penderita diare? Terkait hal tersebut, pakar penyakit dalam Dr. Akbarbudhi, Sp.PD angkat bicara. Dijelaskannya, penderita diare boleh makan roti, namun roti ini seratnya lebih sedikit seperti roti tawar.
“Kalau rotinya sedikit seratnya mungkin kurang bagus, seperti roti tawar biasa. Kalau roti gandum, ragi, multigrain yang biasanya teksturnya kuat, maka rotinya seratnya tinggi,” ujarnya. ujarnya saat dihubungi Said melalui Titik Kumpul.co.id pada Selasa 26 November 2024.
Pada saat yang sama, susu harus dihindari. Disarankan agar Anda berhenti mengonsumsi susu dan produk susu untuk sementara waktu. Diare membuat usus kesulitan memproduksi enzim laktase yang dibutuhkan tubuh untuk mencerna laktosa.
“Iya, susu bisa menyebabkan diare dan karena kandungan laktosa di dalamnya. Kalau diare, dinding usus halus menurunkan kemampuan laktase untuk memecah laktosa. Kalau isi lumen usus banyak mengandung zat pekat, seperti seperti laktosa atau makanan berlemak, dapat mendorong keluarnya lebih banyak cairan dari dinding usus ke dalam lumen, “sehingga kandungan lumen menjadi lebih besar, diare meningkat,” jelasnya.
Selain susu, Dr. Akbarbudi juga berpesan, makanan yang banyak gula dan makanan yang banyak lemak tidak dianjurkan saat seseorang sedang buang air besar. Pasalnya, pola makan tinggi lemak dan tinggi gula juga dapat menyebabkan perbedaan tekanan osmotik dinding usus yang signifikan. Hal ini membuat bab air semakin parah.