Jakarta – Sebuah video memperlihatkan siswa sekolah dasar yang antri untuk membayar tunjangan hari raya (THR) kepada pengajar ke rumah menjadi viral di media sosial.
Berdasarkan video yang dibagikan akun ini, Rabu ini dan Rabu 3 April 2024 ini, kedua video tersebut nampaknya memiliki gambaran serupa tentang siswa yang membagikan THR kepada gurunya.
Dalam video tersebut terlihat siswa berbaris di depan meja guru sambil membawa kaleng makanan dan botol minuman.
Kemudian siswa secara bergantian maju ke depan dan meletakkan makanan atau minuman yang dibawanya di meja guru. Terlihat meja yang awalnya kosong langsung terisi makanan.
Sontak, video tersebut mendapat banyak perhatian dari netizen hingga menuai pro dan kontra. Tak sedikit pula yang mengatakan hal tersebut salah, namun ada juga yang tidak mempersoalkannya. Lalu apa pendapat pengawas pendidikan?
Menanggapi viralnya video siswa membagikan THR kepada guru, Irjen Pendidikan Ina Liema mengatakan, langkah tersebut merupakan bentuk kepuasan.
Meskipun siswa melakukan ini karena perasaan sukarela, ada unsur tekanan sosial yang terlibat.
“Ketika semua anak memberikan sesuatu kepada gurunya, anak-anak yang tidak memberi dan hanya duduk di sana akan merasa malu,” ujarnya kepada wartawan, Rabu sore.
Sebaliknya dari pihak guru akan timbul perasaan “kita telah memperoleh sesuatu” yang dapat menimbulkan bias yang tidak disadari. Berbicara mengenai kemungkinan penyebab rendahnya upah, Ina menegaskan tindakan tersebut masih belum bisa dibenarkan.
Jika ada masalah gaji, kata dia, guru yang meyakininya sebaiknya meminta kepala sekolah bekerja sama mencari solusinya.
Ina mengatakan, ada cara lain untuk menghindari rasa berpuas diri di lingkungan sekolah. Sebagai contoh bentuk apresiasi, sekolah bisa menyelenggarakannya secara kolektif, namun tidak secara individu.
Dalam hal ini, siswa yang ingin memberikan sumbangan dapat memasukkannya ke dalam kotak secara anonim. Jika sumbangannya berupa uang, siswa mungkin diminta untuk memasukkannya ke dalam amplop tanpa nama.
Menurutnya, solusi ini menonjolkan semangat berbagi karena tidak melibatkan identitas dan tidak menimbulkan kecemburuan di kalangan guru.