Jakarta, Titik Kumpul – Dokter Spesialis Onkologi, Dr. Dr. Diani Kartini, SpB Subsps.Onk (K) mendadak menjadi perbincangan hangat di media sosial. Ia mengkritik RS Medistra Jakarta atas cara berpakaian mereka di rumah sakit.
Dalam surat yang diberikannya dan viral di media sosial X, Dr. Diani mengungkap tentang proses rekrutmen di rumah sakit tersebut. Mari kita lanjutkan menelusuri artikel lengkapnya di bawah ini.
Asisten berhijab dan kerabatnya ditanyai di akhir masa wawancara tentang kesiapan mereka melepas hijab jika bersedia bekerja di RS Medistra.
Banyak rumah sakit di Jakarta Selatan yang lebih sibuk dibandingkan rumah sakit ini, kata dr. Diani memperbolehkan staf perawat dan dokter mengenakan jilbab.
Ustaz Abdul Somad punya jawabannya terkait kondisi tersebut. Ustaz Abdul Somad sangat meminta para pekerja untuk mencari pekerjaan lain.
Ia berpendapat bahwa lebih baik mendapat gaji yang lebih kecil, namun tetap menjaga kehormatannya sebagai seorang muslimah.
“Tidak sebanding dengan gajimu yang mengekspos aurat, maka carilah pekerjaan, mungkin gajinya dikurangi, tapi kehormatanmu tetap terjaga,” kata UAS, seperti dikutip dari siaran resmi Ustaz Abdul Somad di YouTube.
Ia mengatakan, UAS mengungkap tak ada gunanya melepas hijab meski diiming-imingi gaji besar. Ia mengungkapkan, gaji yang besar tidak menjamin muslimah terhindar dari siksa neraka atau kubur.
“Lagi pula tidak dapat gaji, tidak dapat gaji dan tunjangan untuk menutup kuburan,” ucapnya.
UAS mengungkapkan, Anda tidak perlu takut akan nasib hanya karena memilih tidak bekerja di tempat yang melarang muslimah berhijab. Karena Allah-lah yang menjamin rezeki semuanya.
“Jadi bertakwalah kepada Allah, niscaya Allah menjamin rezekimu. Semakin banyak kamu beribadah kepada Allah, jika kamu lapar maka Allah akan mengenyangkan perutmu, jika kamu bertakwa kepada Allah maka akan hilangkan rasa takutmu dari hatimu,” ujarnya.
UAS menekankan untuk tidak main-main dalam hal menutup aurat. Karena tergiur bayaran yang besar dan rela memperlihatkan aurat adalah godaan setan.
“Jangan main-main menutup aurat. Oh, itu kan kerja, kamu pulang pakai hijab lagi, jangan. Jangan ikuti jejak setan, saya tidak melihat Anda sebagai jemaah. Aku melihatmu cucu-cucuku, cucu-cucuku. “Ada yang menyuruh saya menghapusnya, lahaula walakuta illabillah,” ujarnya.
UAS mengkritik pejabat daerah dan pemerintah atas aturan mengenakan jilbab di tempat kerja.
Dia mengatakan dia bisa membantu orang memperjuangkan hak berhijab di tempat kerja.
“Di atas, anggota dewan, mereka dipilih oleh rakyat, memperjuangkannya. Di negara yang mayoritas Muslim, perusahaan bisa memaksa perempuan Muslim untuk berhijab. Izinnya dari mana? layanan ?Layanan tersebut dipilih oleh mayoritas umat Islam,” ujarnya.
UAS menambahkan: “Langsung mengaku ke perusahaan yang mereka pesan buka, kami tidak memaksa non muslim berhijab. Tapi muslimah wajib (memakai hijab). Tolong bupati, gubernur, wali kota, camat lurah, lurah, RT, RW, karena takut sama.” Kalau perusahaan, kalau mau ke sana harus hormati kewajiban syariat Islam, jangan disuruh. Terbuka,” katanya.