Jakarta – Seorang pengusaha mengaku penisnya mengecil akibat prosedur pembesaran penis yang gagal, dan kasusnya mengambil tindakan hukum dan menangkap dokternya.
Pelaporan Daily Mail, Selasa 16 Januari 2024, Ilter Turkmen, seorang bankir kaya raya asal Tekirdag, Turki, meminta bantuan Dr. Haluk Soylemez memperbesar penisnya sebesar 4,7 inci. Dalam dokumen hukum, Turkmenistan menegaskan bahwa Dr. Soylemez meyakinkannya tentang penambahan panjang setidaknya 1,1 inci dan ketebalan 1,1 inci, menurut media lokal.
Namun, laporan menunjukkan bahwa prosedur tersebut, yang dilakukan pada Januari 2022, mengakibatkan bencana yang membuat anggota tubuh Turkmenistan menjadi lebih kecil dan terluka.
Alih-alih bertambah dua sentimeter, Turkmen mengklaim operasi tersebut mengurangi kejantanannya menjadi hanya 4,3 sentimeter. Bankir yang marah itu kini menuntut ganti rugi sebesar 500.000 lira atau sekitar Rp 258 juta.
Dokter melakukan prosedur lain untuk mengobati pendarahan dan membatasi kerusakan setelah mencoba memperpanjang kejantanan orang Turkmenistan.
Namun Turkmenistan mengklaim dia masih merasakan sakit yang luar biasa akibat operasi yang diduga gagal, yang membuatnya tidak bisa berjalan selama sebulan.
Dalam gugatannya, Turkmenistan mengklaim bahwa operasi palsu tersebut tidak hanya menyebabkan rasa sakit yang parah, tetapi juga merusak penisnya yang sudah keriput dengan bekas luka yang terlihat.
Tapi Dr. Soylemez menolak klaim Turkmenistan, dan bersikeras di pengadilan: “Tidak ada kesalahan dalam prosedur yang saya lakukan.
Tim pembelanya berpendapat bahwa karena anatomi pasien, terdapat risiko bahwa operasi tidak akan memberikan perpanjangan atau perpanjangan yang kurang dari rata-rata.
Dr. Soylemez juga membantah membuat komitmen khusus kepada pasien dalam hal panjang atau ketebalan dan menolak klaim bahwa penis Turkmenistan mengecil setelah operasi.
Pembela berpendapat bahwa permintaan kompensasi Turkmenistan berlebihan, dan mencirikannya sebagai upaya pengayaan yang tidak adil.
Kasus tersebut berbunyi: “Pelapor menerima tagihan dalam jumlah besar dari dokter lain. Mengklaim biaya-biaya ini sebagai kompensasi material atas perawatannya adalah tidak berdasar, ditujukan untuk pengayaan yang tidak adil dan tidak dapat diterima. Pada saat tulisan ini dibuat, kasus ini masih berlanjut.