Titik Kumpul – Sebuah video viral baru-baru ini muncul di media sosial. Kali ini memperlihatkan betapa uniknya tradisi salah satu daerah di Indonesia, Lombok. Dilihat dari unggahan video yang dibagikan akun Instagram @media.lombok1, terlihat betapa uniknya tradisi warga Dusun Sade, Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah yang menjaga lahan rumahnya dengan memanfaatkan kotoran hewan.
Dalam video tersebut terlihat seorang nenek membersihkan lantai tangga yang masih terbuat dari semen menggunakan kotoran sapi.
Menurut warga sekitar, kebiasaan mengecat lantai rumah dengan kotoran sapi merupakan tradisi lama yang masih terpelihara hingga saat ini. Ada alasan mengapa warga Dusun Sade, Lombok masih menjaga adat tersebut. Beberapa di antaranya digunakan sebagai perkuatan tanah.
Dimana campuran kotoran sapi dan tanah liat ini dapat membuat lantai menjadi lebih kuat dan tahan lama. Kotoran ini diketahui memiliki sifat perekat alami yang membantu mengikat partikel tanah liat menjadi satu.
Selain itu dikatakan mampu mengusir serangga. Kotoran sapi mengandung bahan alami yang dapat mengusir serangga khususnya nyamuk sehingga lantai rumah menjadi lebih higienis dan nyaman. Proses membersihkan lantai juga dilakukan secara rutin sebagai bagian dari tradisi turun temurun yang diyakini dapat menjaga kesucian dan kesejahteraan rumah.
Meski terlihat menjijikkan, ternyata kotoran sapi tidak meninggalkan bau tak sedap.
Masukan dari netizen
Viralnya tradisi unik ini pun langsung mengundang reaksi berbeda dari pengguna media sosial.
“Kalau di rumah jaman dulu, lantainya masih semen. Biasanya seminggu sekali diolesi kotoran sapi. Lalu dikasih air lagi sampai bersih. Lantainya dijamin mengkilat, tidak berbau dan awet,” tulis warganet. . .
“Kotoran sapi seperti halnya sapi dan kerbau mengandung zat yang memiliki daya rekat untuk mengikat lantai rumahnya. Mereka memanfaatkan kotoran sapi untuk memoles lantai hingga menjadi lapisan paling atas, bagi mereka kotoran sapi ini dapat menguatkan tanah sehingga membuat tanah menjadi kokoh. “Tidak mudah pecah saat musim kemarau,” kata yang lain.
“Kita sama-sama di Indonesia lho, dan kita sudah tahu kalau di Indonesia ada tradisi yang berbeda-beda. Bisakah saudara menjadi saudara budaya? Anda tidak perlu khawatir tentang ini atau itu karena sudah menjadi tradisi di kalangan mereka. Apa yang baik untukmu, belum tentu baik bagi mereka, mereka hanya menghargainya,” sahut yang lain.
“Tapi yang mengejutkan, sesampainya di sana, tidak ada bau apa pun,” tulis yang lain.
“Maaf kurang nyaman padahal sudah menjadi kebiasaan. Kebersihan nomor 1,” tulis yang lain.
“Orang Lombok dulunya pakai gerabah, tapi yang ini baunya tidak terlalu menyengat, kata nenekku sepi,” tulis yang lain.