Jakarta, Titik Kumpul – Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2020. melaporkan bahwa 13,4 juta bayi di seluruh dunia lahir prematur, atau 1 dari 10 bayi. WHO juga mencatat hampir 900.000 anak meninggal pada tahun 2019. Karena komplikasi dari kelahiran prematur.
Kemudian berdasarkan Survei Kesehatan Esensial tahun 2018. Menurut data (Riskesdas), prevalensi kelahiran prematur di Indonesia mencapai 29,5 per 1000 kelahiran hidup. Indonesia menempati peringkat kelima dunia dengan sekitar 657.700 kelahiran prematur per tahun.
Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu. Artinya organ dan tubuhnya belum berkembang sempurna; Oleh karena itu, bayi prematur seringkali lebih rentan terhadap penyakit dan infeksi dari kuman, bakteri, dan virus.
Selain itu, bayi prematur rentan terhadap berbagai infeksi karena sistem kekebalan tubuhnya belum berkembang sempurna. Salah satu infeksi yang berbahaya bagi mereka adalah infeksi Respiratory Syncytial Virus (RSV).
Ini adalah virus pernafasan umum yang dapat menyebabkan bronkiolitis dan pneumonia, dua kondisi serius yang sering terjadi pada bayi berisiko tinggi, terutama pada bayi di bawah usia satu tahun.
Infeksi RSV dapat menimbulkan gejala yang parah bahkan berakibat fatal, terutama pada bayi prematur yang lahir sebelum minggu ke-29 kehamilan. Akibat infeksi RSV pada bayi prematur terjadi karena antibodi IgG yang ditransfer ibu ke janin belum optimal pada bulan-bulan terakhir kehamilan.
Oleh karena itu, bayi prematur memiliki tingkat antibodi yang lebih rendah dibandingkan bayi cukup bulan. Antibodi IgG (imunoglobulin G) merupakan salah satu jenis antibodi yang berfungsi melawan infeksi bakteri dan virus. Selain itu, infeksi RSV dapat menyebabkan penurunan transfer oksigen.
Hal ini dapat memperburuk gangguan kemampuan difusi dan perfusi oksigen pada bayi dengan displasia bronkopulmoner akibat prematuritas (BPD) atau penyakit jantung bawaan.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan profesional kesehatan untuk mewaspadai tanda-tanda infeksi RSV dan segera mencari pertolongan medis jika diperlukan.
AstraZeneca Indonesia bersama Yayasan Prematur Indonesia menyelenggarakan pelatihan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai tantangan yang dihadapi bayi prematur dan pentingnya perawatan yang tepat untuk menjaga kualitas hidup bayi prematur.
“Kami meyakini edukasi mengenai bayi prematur dan infeksi RSV sangat penting sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas hidup bayi prematur di Indonesia di masa depan,” ujar Direktur Esra Erkomai, Presiden AstraZeneca Indonesia.
Konsultan neonatologi Rinavati Rohsisvatmo menekankan pentingnya perawatan khusus pada bayi prematur yang berisiko tinggi tertular berbagai infeksi. “Salah satunya RSV yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan bawah (LRTI) seperti pneumonia dan bronkiolitis jika tidak ditangani,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan orang tua dan profesional kesehatan bahwa mereka harus melindungi kualitas hidup bayi prematur. “Penting bagi kita untuk memperhatikan tumbuh kembang bayi prematur dan memantau kesehatannya, termasuk melindunginya dari infeksi,” kata Rinavati. dia menjelaskan.