VIVA, Jakarta – Industri e-commerce Indonesia menyumbang lebih dari separuh nilai ekonomi digital pada tahun 2019 dan diperkirakan akan mendominasi industri digital hingga 60% pada tahun 2025.
Nilai pasar e-commerce mencapai US$21 miliar (Rs. 31,7 triliun) pada tahun 2019 dan diperkirakan akan tumbuh menjadi US$82 miliar (Rs. 12,40 triliun) pada tahun 2025.
Meskipun demikian, keberhasilan platform e-commerce dikatakan tidak terlepas dari dukungan dan inovasi e-commerce Enabler – perusahaan yang menyediakan layanan strategi digital A-Z (end-to-end) kepada unit bisnis lain yang ingin menjual produknya secara online.
Artinya layanan yang diberikan e-commerce berbeda-beda. Beberapa di antaranya adalah memproduksi konten, membuat halaman resmi toko marketplace, melakukan pemasaran, mengintegrasikan saluran penjualan online, hingga mengirimkan produk ke pelanggan.
Layanan ini merupakan salah satu inisiatif strategis Salvo untuk membantu brand mempersiapkan bisnis siaran langsung dan mengimplementasikannya.
Sebagai agensi kreatif independen lokal, ia juga merancang layanan pemasaran 360 derajat terintegrasi untuk membantu merek mencapai hasil yang menginspirasi.
“Layanan 360” berarti memberikan solusi lengkap dan komprehensif kepada pelanggan di mana pun mereka membutuhkannya untuk meningkatkan kinerja merek. Dan tentunya beradaptasi dengan tren yang ada,” kata CEO Salva Christmartin Hanandito.
Misalnya saja saat pandemi Covid-19 melanda, Christ meluncurkan layanan live streaming. Kini, karena semua orang berjualan online, produk ini menjanjikan toko langsung yang mendukung merek-merek yang membutuhkan.
Banyak perusahaan besar yang menjadi klien Salva, seperti Lazada, Sasa, Bank Permata, XL Axiata, Gudang Garam, Allianz, Kratingdaeng dan Redbull. Berdasarkan hal tersebut, Salvo masuk dalam daftar “Top 10 Creative Agencies” di Indonesia oleh MMA Global Indonesia karena dianggap sebagai agensi yang inovatif, kreatif dan kreatif dalam hal kampanye pemasaran.
