VIVA Lifestyle – Migrain merupakan salah satu jenis sakit kepala yang terasa berdenyut-denyut dan biasanya terjadi hanya pada satu sisi kepala saja. Migrain juga dapat menimbulkan berbagai gejala seperti mual, muntah, dan kepekaan terhadap suara atau cahaya.
Serangan sakit kepala ini bisa berlangsung selama beberapa jam atau bahkan berhari-hari. Menariknya, sebuah penelitian menemukan bahwa kejadian migrain lebih tinggi pada orang yang sudah menikah. Lanjutkan menggulir, oke?
“Secara teori menikah tidak menyebabkan migrain. Namun kejadian migrain lebih tinggi pada orang yang sudah menikah dibandingkan yang belum menikah. Hal ini berdampak buruk pada hubungan perkawinan dan pendidikan anak,” kata dokter spesialis neurologi Dr.Dr.Restu Susanti, Sp. N, Subsp.NN(K), M.Biomed pada Pertemuan Virtual, Kamis, 13 Juni 2024
Restu mencatat, berdasarkan laporan dari beberapa negara seperti Iran dan China, wanita yang sudah menikah lebih mungkin melaporkan migrain. Meski demikian, ia menegaskan pernikahan bukanlah penyebab migrain.
“Menikah bukan merupakan faktor risiko terjadinya migrain, namun di sini keluhan migrain karena status perkawinan banyak ditemukan pada wanita yang sudah menikah. Di Iran, penyakit ini dilaporkan 3 kali lebih sering terjadi pada wanita yang sudah menikah dibandingkan wanita yang belum menikah, dan di Tiongkok hal yang sama juga berlaku,” katanya. dikatakan.
Restu menambahkan, stres pada pasangan menjadi pemicu wanita menderita migrain.
“Kalau yang baca di sini, itu bukan faktor risiko, tapi pemicu kondisi perkawinan, tapi tidak semua orang yang menikah mengalami stres. Stres eksternal dan masalah dalam keluarga harus kita hadapi, tapi kalau ada yang mau diajak bicara. untuk, pasti akan mengurangi ( migrain),” lanjutnya.
Ia menambahkan: “Yang kami maksud adalah salah satu pemicu pernikahan adalah stres. Jadi jangan salah paham,” ujarnya.
