Teheran – Rombongan asal Iran memulai perjalanannya ke Arab Saudi pada Senin, 22 April 2024, untuk menunaikan ibadah umrah untuk pertama kalinya dalam sembilan tahun setelah berkembangnya hubungan antara Iran dan Arab Saudi.
Pelaporan IRNA, Rabu 23 April 2024, upacara resmi pengiriman jemaah umrah dilaksanakan di Bandara Internasional Imam Khomeini pada hari Senin, yang dihadiri oleh perwakilan pimpinan kegiatan haji dan umrah, Abdolfattah Navvab, ketua Organisasi Haji dan Ziarah. . Abbas Hosseini, serta Duta Besar Saudi di Teheran, Abdullah bin Saud al-Anzi.
Mohammad-Hossein Ajilian, yang mengawasi operasi haji di Iran Airports Company, mengatakan pada hari Sabtu bahwa Iran akan mengirim jamaah umrah ke Arab Saudi dengan 11 penerbangan dari 11 bandara di seluruh negeri mulai Senin.
Bandara Internasional Mashhad melakukan penerbangan pertamanya pada hari Senin, dan bandara di kota-kota besar lainnya, termasuk Zahedan, Ahvaz, Tabriz, Yazd, Kerman, Bandar Abbas, Sari, Isfahan dan Shiraz akan menyewa penerbangan pada hari berikutnya, menurut IRNA. Penerbangan terakhir ke Arab Saudi dari Bandara Mashad akan dilakukan pada 2 Mei 2024.
Ajilian mencatat, total jemaah haji yang diperkirakan berangkat dari Iran menuju Arab Saudi tahun ini berjumlah 5.720 orang.
Hubungan antara Iran dan Arab Saudi membaik setelah Maret 2023, ketika Tiongkok bernegosiasi dengan keduanya untuk memulihkan hubungan diplomatik penuh yang terputus pada tahun 2016 karena pembunuhan seorang ulama Muslim Syiah di Riyadh dan serangan di kedutaan Saudi di Teheran.
Sampai hubungan pulih kembali, warga Iran hanya dapat menunaikan ibadah haji, yang merupakan kewajiban bagi umat Islam setidaknya sekali seumur hidup. Ibadah haji dilakukan pada waktu-waktu tertentu dalam setahun dan tunduk pada kuota tahunan yang ketat.
Iran pertama kali mengumumkan pada Desember 2023 bahwa jemaah pertama akan berangkat pada 19 Desember menyusul kesepakatan antara Teheran dan Riyadh untuk mencabut pembatasan umrah. Namun, penerbangan tersebut ditunda karena “masalah teknis”.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani mengatakan pada saat itu bahwa Riyadh memberitahunya tentang masalah teknis dan tidak ada perselisihan antara kedua negara karena perjanjian bilateral mengenai ibadah umrah telah terjalin.