JAKARTA, Titik Kumpul – Indonesia baru saja memperingati Hari Hepatitis Sedunia pada 28 Juli. Hal ini mengingatkan kita akan pentingnya fokus pada kesehatan hati dan meningkatkan kesadaran tentang hepatitis.
Hepatitis yang sering dianggap ringan, ternyata bisa menimbulkan ancaman serius. Hepatitis B dan C dapat menyebabkan hepatitis kronis dan kanker hati. Ayo untuk informasi lebih lanjut!
Hal tersebut diungkapkan Dr Imran Pambudi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan. Ia menjelaskan, hepatitis merupakan peradangan hati yang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain infeksi virus, penggunaan narkoba, alkohol, kondisi medis tertentu, bahkan obesitas.
“Virus penyebab hepatitis ada lima, yaitu hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D, dan E,” kata dr Imran dalam jumpa pers di sini beberapa waktu lalu.
“Hepatitis B dan C bersifat kronis dan merupakan penyebab paling umum dari sirosis, kanker hati, dan kematian akibat virus hepatitis,” ujarnya.
Sayangnya, hepatitis B dan C, yang dapat menyebabkan sirosis dan kanker hati, tidak menunjukkan gejala apa pun. Hal tersebut dijelaskan oleh Ketua Dewan Pengurus Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia, dr Andri Santios.
“Untuk hepatitis B, kebanyakan orang tidak menunjukkan gejala selama fase kronis. Namun seiring berkembangnya penyakit, (gejala) baru pun muncul. Jika ini yang terjadi, berarti fungsi hati sangat berkurang dan pengobatan menjadi sulit. dikatakan.
Seperti halnya hepatitis C, sebagian besar tidak menunjukkan gejala atau tanpa gejala. Pengobatan hepatitis B dimulai dengan respon imun aktif. Namun, pada pasien dengan hepatitis B yang mengalami peradangan hati sedang atau fibrosis yang signifikan, pengobatan diindikasikan. Tujuan pengobatan adalah untuk mencegah penyakit berkembang menjadi sirosis dan kanker hati. , ” jelasnya.
Sedangkan untuk hepatitis C, pemeriksaan fisik biasanya menunjukkan subluksasi dan radang dingin atau demam kuning. “Diagnosis hepatitis C didasarkan pada tes deteksi HCV,” jelas dr Andriy. Jika positif, lanjutkan ke tes HCV RNA. »
Ada beberapa upaya untuk mencegah hepatitis B dan C, jelas dr Andy. Hindari kontak dengan cairan tubuh dan darah orang lain, sering mencuci tangan setelah kontak dengan cairan tubuh atau darah, dan tidak berbagi benda tajam seperti gunting kuku, pisau cukur, dan sikat gigi.
Selanjutnya, memastikan stabilitas penggunaan jarum suntik, tindik, tato dan akupunktur, serta melakukan hubungan seks yang aman. “Selain itu, vaksin hepatitis B juga harus dibawa untuk tenaga kesehatan dan keselamatan pasien di rumah sakit,” ujarnya.
Sementara itu, dokter penyakit dalam dan gastroenterologi Rumah Sakit Podok Indah (RSPI) Prof Rino Alwani mengingatkan pasien hepatitis B untuk melakukan deteksi dini. Jika penyakit tidak berkembang menjadi kanker hati, atau berkembang, pengobatan dapat dilakukan dengan cepat.
“Masalahnya penyakit liver tidak terasa, tidak ada gejala, tidak ada emosi. Oleh karena itu, masyarakat perlu mengetahui riwayat keluarganya, apakah seseorang mengidap penyakit liver atau tidak, dan apakah dirinya sendiri mengidap penyakit liver. Jika dicentang. “Jika pasien mengetahui dirinya mengidap hepatitis B, jangan khawatir, lakukan USG minimal enam bulan atau setiap tahun,” kata Profesor Reno dalam konferensi pers yang diselenggarakan RSPI. Pada tanggal 29 Juli 2024, di Distrik Senayan, Jakarta.