Jakarta – Glaucoma adalah suatu kondisi saraf optik progresif yang disebabkan oleh peningkatan tekanan di dalam bola mata. Hal ini dapat merusak saraf optik dan menyebabkan berkurangnya penglihatan atau bahkan kebutaan.
Dr Vidya Artini Viyo, Kepala Pelayanan Glaukoma, mengatakan gejala pada penderita glaukoma seringkali berupa sakit kepala parah, kehilangan penglihatan secara tiba-tiba, mual, muntah bahkan nyeri.
Profesor Ike, begitu ia disapa, mengatakan, jika masyarakat melihat gejala-gejala tersebut, mereka harus waspada. Penderita glaukoma akut mempunyai waktu 2×24 jam untuk segera menurunkan tekanan matanya. Jika terlambat, kerusakannya akan permanen.
Dikatakan bahwa glaukoma lebih berbahaya dibandingkan katarak. Karena glaukoma tidak bisa disembuhkan. Namun dampak fatalnya, yakni kebutaan permanen, bisa dicegah.
90% glaukoma luput dari perhatian selama perkembangannya. Hal ini diperburuk oleh fakta bahwa hampir satu miliar orang di seluruh dunia tidak memiliki akses terhadap kesehatan mata karena kesenjangan.
Seperti diketahui, Pekan Glaukoma Sedunia diadakan pada minggu ke-2 bulan Maret setiap tahunnya. Tema tahun ini adalah Unite for Glaucoma-Fred World.
Dalam rangka memperingati Pekan Glaukoma Sedunia pada tanggal 10-16 Maret 2024, JEC Group menyelenggarakan serangkaian acara bertemakan Gerakan Sadar Glaukoma: Mempertahankan Kualitas Hidup.
Acara ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai penyakit glaukoma ireversibel dan upaya pencegahan kebutaan akibat penyakit glaukoma, serta pentingnya deteksi dini tekanan intraokular.
Kegiatan yang dilakukan tim JEC antara lain edukasi masyarakat melalui talkshow radio tentang gerakan penyadaran glaukoma, seminar dokter umum, gratis biaya pemeriksaan tekanan mata dan program konsultasi pelanggan internal.