Jakarta, Titik Kumpul – Yayasan pendidikan berperan penting dalam kepemilikan dan pengelolaan perguruan tinggi di Indonesia.
Karena pentingnya peran yayasan, suatu lembaga pendidikan dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas dan berdaya saing.
Yayasan juga berperan penting dalam memperkenalkan berbagai bentuk ilmu pengetahuan melalui proses pendidikan atau perkuliahan.
Gaius Lumbuun, Presiden Yayasan Universitas Krisnadvipayana (Unkris) pada Selasa. 9 Oktober 2024 diumumkan di sebelah Stadion Generale di Jakarta.
Menurut Profesor Gayus, sebagai organisasi yang berdedikasi pada pelayanan publik, yayasan ini tidak hanya mencari keuntungan semata.
“Masyarakat harus memahami bahwa yayasan yang beroperasi bukan untuk mencari keuntungan. Yayasan pendidikan seperti Uncris Foundation bisa menghasilkan produk berupa lulusan yang berkualitas,” ujar Prof Gayus pada acara bertajuk “Yayasan Sebagai Organisasi Pendidikan: Menuju Uncris Tinggi”.
Diakuinya, hampir seluruh dana pendidikan mengalami guncangan. Pasalnya, Dana itu sendiri memiliki banyak persaingan.
“Tapi secara akademis, itu bagus.” itu keren, itu keren. Faktanya, kompetisi-kompetisi ini bisa saling membangun. “Selalu ada pro dan kontra, tapi tujuannya sama,” tambah Profesor Gayus.
Terkait hal ini, Amir Karyati, Ketua Yayasan Uncris, mengatakan Uncris didirikan pada tahun 1952 oleh 12 orang, dua di antaranya adalah menteri.
12 angka ini mewakili banyaknya suku yang ada di Indonesia sehingga banyak orang yang menyebutnya sebagai Indonesia kecil.
Kalau Uncris nanti banyak melahirkan menteri atau pejabat pemerintah lainnya. Sejarah selalu seperti ini, kata Amir.
Ia meyakinkan, keberadaan yayasan tersebut akan membantu kerja Takhtoliya. Dukungan tersebut tidak hanya untuk pembangunan kampus dan infrastruktur, tetapi juga kerja sama minimarket. pembangunan klinik kesehatan; Juga untuk mengimplementasikan banyak pencapaian seperti gedung pertemuan atau paviliun dll.
“Semua ini kami bangun untuk mendukung gagasan civitas akademika untuk menjadi wirausaha yang efektif dan inovatif,” ujarnya.
Saat itu Dr. Donny Cahyadi Foeng dan Prof. Firmanto Laksana yang mengikuti program doktor Uncris sebagai alumnus menceritakan pengalamannya di Uncris dan kelebihan yang menjadikan Uncris sebagai universitas berprestasi.
Saya berharap mereka terus melanjutkan studinya dan sukses menjadi inspirasi dan teladan bagi mahasiswa Uncris.
Untuk referensi, Profesor Gaius David B. Allison dalam pergerakan umum stadion; Grigory Pavela Saya menyampaikan ceramah berjudul “Keraguan yang Masuk Akal versus Keraguan yang Tidak Masuk Akal” oleh Ivan Oranskyi. Hal ini diakui oleh kalangan akademis pada abad ke-17. Keraguan muncul karena fitrah manusia melingkupi kehidupan manusia.