JAKARTA – Menteri Pertahanan (Minhan) Prabowo Subianto menyaksikan tewasnya Kapten TNI Postumos Sudaryanto di tangan Korps Baret dalam Operasi Seroja Timor Timur tahun 1976.
Kisahnya dirinci dalam biografi Prabowo, Kepemimpinan Militer: Catatan Pengalaman Letkol TNI (Purn) Prabowo Subianto.
Prabov dikutip pada Jumat, 15 Maret 2024: “Kisah yang ingin saya ceritakan adalah tentang komandan saya yang bekerja sebagai letnan dua di Timor Timur pada tahun 1976.”
Mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (COPASS) (Danjeon) mengatakan, dia ditempatkan di Nangala 10 sebagai perwira intelijen di bawah pimpinan Mayor Inf Yunus Yousufia.
Namun karena banyaknya perwira yang dipecat, Prabov diangkat menjadi wakil komandan Divisi C di bawah pimpinan Anumerta Sudaryanto yang saat itu berpangkat letnan.
“Sebagai komandan divisi, saya memimpin kelompok pendukung yang terdiri dari enam mortir dan satu roket,” kenang Prabov.
Lanjut Prabowo, pasukan berjumlah 20 prajurit menyeberangi sungai dan menduduki puncak kota Maubara. Namun, setelah 10 menit menyeberangi sungai, mereka menyerang Fretlin dari barat.
Sudaryanto yang berada di garis depan penembakan, tertembak pistol. Bahkan Divisi C ditarik dan tetap berada di parit.
Usai menembak, Sudaryanto memanggil seluruh anak buahnya, termasuk dirinya, kata Prabowo. Prabovo, sebagai wakilnya, mencoba melompati perosotan tersebut.
“Saat itu berbahaya karena masih banyak musuh di depan. Penembakan masih berlangsung. Saat itu gelap gulita, tapi karena tidak diambil maka kami kirimkan panglima dan semangat prajurit pun turun, kata Prabov.
Upaya Prabov gagal saat itu.
“Saya mencoba menarik Letkol Sudaryanto, berat badannya keluar dan saya sangat khawatir. Akhirnya beberapa anak buahnya ikut bergabung dan bersama-sama mereka mengambil kembali Letkol Sudaryanto,” ujarnya.
Tidak ada helikopter yang bisa jatuh dalam kegelapan. Sebelumnya nyawa Sudarianto terselamatkan. Dia meninggal di pelukan Prabov.
“Dia berada di lokasi kejadian hingga pukul 03.00, namun akhirnya meninggal di pelukan saya,” kata Prabow. Saya tidak akan pernah lupa komandan saya menghembuskan nafas terakhirnya di tangan saya. ”