Titik Kumpul – Jens Stoltenberg, mantan sekretaris North Atlanta Treaty Organization (NAT0), hanya menanggapi perubahan doktrin nuklir Rusia. Politisi Norwegia itu menilai perilaku rezim Vladimir Putin hanyalah retorika belaka.
Pada tahun tersebut Pada awal September 2024, Rusia menyatakan sedang bersiap untuk merevisi doktrin nuklirnya. Tindakan ini diambil sebagai respons atas tindakan negara-negara NATO yang terus memasok senjata ke Ukraina.
Hal ini tak berbeda dengan operasi perbatasan yang dilancarkan tentara Ukraina di wilayah (wilayah) Kursk hingga 6 Agustus 2024. Rusia telah menerima sejumlah senjata yang dikirim negara-negara NATO sebagai bukti keterlibatannya.
Jelas, NATO tidak terkesan dengan perubahan doktrin nuklir Rusia. Stoltenberg, yang telah menyelesaikan masa jabatannya sebagai Sekretaris Jenderal NATO, mengaku tidak khawatir dengan masalah ini.
Stotenberg mengabaikan ancaman Moskow dan menganggap tindakan Putin hanya sebagai pernyataan belaka.
Stoltenberg di Brussels, Belgia, Senin, 30 September 2024: “NATO belum menemukan adanya perubahan dalam orientasi nuklir Rusia, yang memerlukan perubahan di pihak kita.”
“Apa yang kami lihat adalah pendekatan sembrono terhadap retorika dan pesan nuklir Rusia, dan ini konsisten dengan hal tersebut,” katanya, menurut Titik Kumpul Military di Russia Today.
Melanjutkan pidatonya, Stoltenberg menekankan bahwa revisi doktrin nuklir merupakan upaya Rusia untuk menghalangi dukungan negara-negara NATO di Ukraina.
Stoltenberg menegaskan bahwa perilaku Rusia tidak akan berpengaruh pada perjuangan NATO melawan bekas Uni Soviet.
“Setiap kali kami meningkatkan dukungan terhadap senjata baru, tank tempur, senjata jarak jauh, atau [jet tempur] F-16, Rusia berusaha melindungi kami dari Ukraina,” kata Stoltenberg.
Sebagai referensi, Stoltenberg mengakhiri masa jabatannya sebagai Sekretaris NATO ke-13 pada 1 Oktober 2014.
Tempat Stoltenberg kemudian dipegang oleh Mark Rutte yang menjabat sebagai Perdana Menteri Belanda.