Titik Kumpul – Dalam Islam, puasa Ramadhan merupakan perbuatan yang jelas-jelas diwajibkan oleh undang-undang. Kita telah mengakui keagungan bulan ini, hikmah puasa yang kita jalankan, dan mendahulukan keutamaan bagi orang yang berpuasa. Namun banyak dari kita yang cepat namun pada akhirnya tidak berguna.
Jika seorang hamba melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Islam, maka puasanya tidak ada nilainya. Ini merupakan kerugian besar bagi orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan pahala dari puasanya. Menurut Wahdah Islamiyah, ada beberapa hal yang membuat puasa terasa sia-sia: 1. Tidak ikhlas saat berpuasa
Jika seseorang berpuasa karena alasan duniawi, alasan musiman, atau untuk mengikuti iman dan berharap mendapat pahala dari Allah Ta’ala, maka puasanya akan sia-sia. Meskipun Nabi bersabda:
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena keimanan dan berharap mendapat pahala dari Allah, maka dosa masa lalunya akan diampuni.” (HR.Bukhari). 2. menderita
Kebohongan membuat puasa menjadi sia-sia. Jika seseorang berbaring saat puasa, itu sangat merugikan.
“Barang siapa yang tidak meninggalkan kebohongan dan (masih) mengamalkannya, maka Allah Azza wa Jalla tidak perlu (bahkan amalnya) meninggalkan dietnya” (HR. Bukhari).
Sebagaimana dikatakan Imam Suyuti, az zuur artinya berbohong, dan melakukannya berarti melakukan sesuatu yang buruk, akibat yang diharamkan oleh Allah Ta’ala. 3. sumpah palsu
Jika ada yang mengucapkan sumpah palsu, maka puasanya akan sia-sia karena termasuk pernyataan palsu dalam pernyataannya sesuai dengan peraturan Kementerian HRD. Buhari mencatat, salah satu alasan mengapa puasa tidak ada nilainya adalah karena klaim yang salah. Penting untuk diingat bahwa sumpah palsu termasuk dalam kategori kejahatan berat dalam Islam. 4. Mengumpat atau membentak
Dalam hadits Muttafaq ‘Alaih, mengumpat atau menangis akan membuat puasa menjadi sia-sia. Tinggalkan perilaku ini ketika kita tahu itu adalah perilaku yang memalukan. 5. pelecehan verbal
Sebagaimana tercantum dalam hadits Muttafaq ‘Alaih, orang yang menghina orang lain boleh jadi puasanya sia-sia. Sekalipun kita dihina, katakanlah saya dalam keadaan tetap. 6. Hindari sikap kasar ini. kejahatan dan amoralitas
Selama berpuasa, manusia tidak hanya berpantang makanan dan air, tapi juga menghindari melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Allah, Taala.
Ibnu Rajab al-Hambali berkata: “Ketahuilah bahwa mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dengan melepaskan berbagai nafsu (yang sebenarnya diperbolehkan di luar puasa, seperti makan atau berhubungan intim dengan istri) belumlah sempurna hingga seseorang mendekati Allah dengan meninggalkan apa yang ada. Allah telah mengharamkan yaitu kebohongan, kezaliman, dan kebencian antar manusia baik darah, harta, dan kehormatan.