Titik Kumpul – Perjalanan ibadah ke Tanah Suci seringkali sarat dengan cerita jemaah yang berharga. Entah itu pengalaman yang membahagiakan, pengalaman yang menyedihkan, ataupun peristiwa yang diluar pemahaman manusia. Banyak yang menilai apa yang terjadi pada ibadah di Tanah Suci merupakan reaksi atas apa yang dilakukan selama ini.
Allah SWT selalu meridhoinya saat itu juga meskipun tidak diucapkan secara lisan karena Dia Maha Mengetahui. Berawal dari kejadian sebagai peringatan, bantuan dibutuhkan untuk setiap permintaan hambanya.
Pengalaman spiritual tersebut salah satunya dialami oleh Tantowi Yahya, saat berada di Masjid Nabawi ia bertemu dengan sosok misterius yang tampak seperti bidadari utusan Allah SWT.
Tantowi Yahya mengatakan, kejadian itu terjadi saat dirinya berada di Masjid Nabawi untuk mengantri roudha (ruangan kecil dengan mimbar atau mimbar di dekat makam Nabi Muhammad).
Raudha yang artinya taman yang indah ditentang oleh banyak anggota karena merupakan salah satu tempat berdoa yang paling efektif. Ia kemudian berdiri dalam antrean bersama ribuan jemaah lainnya. Namun sesampainya di depan gerbang Raudha, Tantovi Yahya memutuskan mengurungkan niatnya untuk salat di sana. Karena dia tidak tahu harus berdoa apa. Tiba-tiba ada rencana untuk keluar dari antrian.
“Aku membalikkan (tubuhku) ke belakang, tapi aku berkata, ‘Hei sayang.’ “Mengapa saya mencoba membatalkan? Karena aku tidak tahu harus berdoa apa. Lebih baik orang di belakangku mendapat kesempatan itu,” jelasnya kepada Mary Rhianna.
Melihat ada kursi kosong di Raudha, Tantovi Yahya membatalkan niat tersebut. Pria kelahiran 1960 ini merasa sedikit aneh dengan adanya kursi kosong di Raudha. Mengapa tempat itu kosong padahal ribuan orang berjuang untuk mencapai tempat itu?
“Akhirnya saya kesana. Saya duduk di situ. Begitu saya duduk, saya kaget lagi,” tambah Tantovi.
Untuk kedua kalinya, Tantovi berencana meninggalkan Raudhoh. Pembawa acara kuis yakin masih banyak orang yang menunggu untuk memasuki taman indah itu.
“Tidak apa-apa, tempat ini saya serahkan kepada mereka yang paling membutuhkan,” ujarnya.
Saat Tantovi Yahya dicurigai, tangan kanannya dicengkeram seseorang. Orang tersebut digambarkan sebagai pria tampan, Arab, wangi, dan berbicara bahasa tempat kelahiran Tantowi Yahya, Palembang. Mendengar hal itu, Mary Riana langsung kaget.
“Nak, kamu kemana Pak Tantovi, mau kemana Pak Tantovi?” tanya laki-laki itu kepada Tantovi.
“Apakah kamu dari Palembang?”
“Iya, saya dari Palembang. Mau kemana? Duduk di sini?”
“Saya mau keluar, saya belum tahu apa yang ingin saya baca di sini, saya belum siap,” jawab Tantovi jujur.
Tak disangka, pria asal Timur Tengah itu merogoh sakunya dan mengeluarkan buku berwarna perak berjudul Doa Karya Roudha. Anehnya bagi pria kelahiran Palembang ini, doa-doa dalam buku tersebut ditulis dalam bahasa Indonesia. Dimana buku-buku doa sebagian besar dibuat dalam bahasa Arab. Hal itu bagaikan kado istimewa karena memudahkan Tantowi Yahya yang belum fasih berbahasa Arab.
“Saya bacanya, enak banget bacanya. Selesai (baca buku doanya) karena nggak bisa lama-lama,” ungkapnya.
Sambil mengucapkan terima kasih, presenter senior itu pun berniat mengembalikan buku perak tersebut kepada pemiliknya. Pria tersebut justru meminta Tantovi Yahya untuk menyimpan buku doa tersebut. Tantovi kemudian mengikutinya dan menanyakan apakah pria tersebut berasal dari daerah yang sama dengan tempat tinggalnya.
“Di mana kamu tinggal di palembang?” Tantovi bertanya.
“Ada di sana (menunjuk alamat yang tertera di buku doa),” jawabnya singkat.
Mantan duta besar itu kemudian melihat buku itu untuk memastikan keberadaan pria misterius itu. Berdasarkan alamat tertulis, pria tersebut tinggal di salah satu pesantren di kawasan Palembang. Tantovi mengucapkan halo dan terima kasih lalu pergi.
Tantowi Yahya mengungkapkan, kitab tersebut ada saat ia berada di Mekkah dan Madinah. Anehnya, buku tersebut tidak ada (hilang) saat Tantovi tiba di Indonesia.
“Saya menemukannya, bukunya tidak ada,” desaknya.
Untung saja Tantovi Yahya ingat dengan jelas alamat yang tertulis di buku itu. Ia kemudian menghubungi kakaknya di Palembang untuk mengecek lokasi.
“Katakanlah, tolong dicek apakah ada pesantren di jalan ini,” kata Tantovi kepada kakaknya.
“Tapi kenapa?” Tantovi bertanya pada kakaknya.
“Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada sang maestro karena telah membantu saya,” jawab Tantovi.
Kemudian kakak dari Tantovi Yahya meminta adiknya untuk mencarikan alamatnya. Pantas saja alamatnya fiktif.
“Enggak, katanya alamat toko. Nomor (rumah) ada, tapi toko. Di situ tidak pernah ada pesantren,” kata Tantovi sambil menunjukkan penjelasan kakaknya.
Di tengah sesi diskusi dengan Mary Riana, Tantowi langsung memuji kebesaran Allah SWT. Saat mendengar penjelasan kakaknya, dia bertanya pada dirinya sendiri siapa sebenarnya pria itu.
Dari kenyataan tersebut ia menyadari bahwa inilah momen dimana Tantovi bertemu dengan bidadari yang menampakkan diri dalam wujud pria misterius yang merupakan wujud bantuan untuk membimbingnya berdoa selama berada di Roudha dulu.
“MasyaAllah. Itu kebesaran Allah kan? Dia (Allah SWT) mengutus malaikat. Malaikat bisa melakukan apa saja kan? Bahasa apa saja yang mereka mau, mereka bisa. Semuanya, mereka (malaikat) punya. Jadi, kehendak Tuhan adalah ), dalam hidupku aku pernah bertemu dengan “sosok bidadari pengurus pesantren yang mengaku berasal dari palembang dan tempat itu tidak pernah ada. Adikku bertanya lagi dan lagi. Tidak pernah ada pesantren, ini pembelian dari zaman dahulu,” jelas Tantovi.