Titik Kumpul – Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menyalahkan Angkatan Bersenjata Suriah (SAA) sebagai salah satu faktor runtuhnya rezim Presiden Bashar al-Assad.
Unit militer Suriah bernama Araghchi tidak mampu melawan kelompok pemberontak Hay’at Tahrir al-Sham (HTS) yang mampu menguasai banyak wilayah dalam waktu singkat.
Pasukan oposisi yang dipimpin oleh Abu Mohammad al-Julan mampu dengan cepat menyerang unit militer Suriah ketika melancarkan serangan ke Idlib pada 27 November 2024. Mereka akhirnya berhasil menerobos Aleppo dan Damaskus.
“Ketidakmampuan tentara Suriah dalam menghadapi pergerakan kelompok bersenjata sungguh mengejutkan. Dan yang kedua adalah kecepatan pergerakan mereka,” kata Araghchi.
“Adalah tugas tentara Suriah untuk melawan kelompok anti-pemerintah. Jika tentara Suriah berperang, Aleppo pun tidak akan jatuh,” katanya, menurut kantor berita Titik Kumpul Military milik Mehr.
Araghchi juga mengungkapkan bahwa al-Assad sebelumnya pernah mengeluhkan keadaan pasukannya. Hal itu diumumkan saat kedua pejabat bertemu di Damaskus pada awal Desember 2024.
Meski demikian, Araghchi menegaskan pihaknya akan menunggu apa yang akan terjadi di Suriah pasca jatuhnya rezim Assad. Iran mengatakan Araghchi akan melanjutkan pembukaan kedutaan Suriah di Teheran.
“Kami menunggu untuk melihat pemerintahan seperti apa yang akan terbentuk di Suriah,” lanjut Araghchi.
“Ketika kita sampai pada titik di mana kita mengakui pemerintah ini, wajar jika kita memberikan mereka kedutaan Suriah di Teheran. Sampai saat itu, duta besar saat ini dan stafnya akan tetap berada di kedutaan mereka,” katanya.