Jumlah Perempuan yang Bekerja Bidang STEM Masih Sedikit

VIVA Tekno – Peran perempuan di bidang STEM (Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika) menjadi sorotan global dalam beberapa tahun terakhir.

Namun menurut data Organisasi Buruh Internasional (ILO) tahun 2020, hanya 37 persen perempuan di Indonesia yang menyelesaikan studi STEM.

Salah satu tantangan utama yang harus diatasi adalah kurangnya keterwakilan dan kuatnya teladan serta stereotip gender terkait kemampuan dan minat di bidang STEM.

Sementara itu, hasil Survei Kepercayaan Perempuan menunjukkan bahwa kepercayaan diri seringkali menjadi faktor penentu kemajuan karir perempuan, khususnya di bidang STEM.

Namun, masih banyak perempuan yang menghadapi tantangan dalam membangun dan mempertahankan kepercayaan diri mereka di lingkungan kerja yang beragam dan dinamis. Grant Thornton mengatakan bahwa kerja sama antara perempuan dan laki-laki di tempat kerja menghasilkan keuntungan yang lebih baik. Topik ini mengemuka saat perayaan Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret.

Goutama Bachtiar, direktur TI di Grant Thornton, mengatakan perempuan lebih baik dibandingkan laki-laki dalam hal fleksibilitas.

“Satu hal yang pasti dengan tim saya yang sebagian besar perempuan, saya rasa tim saya bisa lebih leluasa dalam menghadapi pelanggan,” ujarnya, Jumat, 8 Maret 2024 di Jakarta.

Dalam beberapa proyek Grant Thornton, Goutama juga menyebutkan beberapa di antaranya dipimpin oleh perempuan dan hasilnya sesuai atau di atas perkiraan.

“Proyeknya berskala menengah. Hasilnya beragam. Ada yang melebihi ekspektasi, ada pula yang sesuai ekspektasi klien. Kami percaya setiap perempuan punya potensi tak terbatas untuk sukses di dunia kerja. Kuncinya adalah membangun kepercayaan diri yang kuat. kepercayaan diri dan perusahaan dapat memberikan dukungan dan lingkungan yang memadai,” jelasnya. Sementara itu, CEO Grant Thornton, Johanna Ghani, menjelaskan sinergi kerja kolaboratif perempuan lebih bermanfaat. dan laki-laki.

Ia juga menjelaskan bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pekerjaan. Kerja sama antara laki-laki dan perempuan mendatangkan lebih banyak keuntungan dibandingkan bekerja dengan satu gender.

“Karena kalau dilakukan bersama-sama bisa saling melengkapi,” kata Johanna.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *