Jakarta – Sejarawan Universitas Nasional (Unas) Andi Achdian mengatakan tanpa penjajahan, Indonesia akan lebih maju dalam hal industrialisasi. Menurutnya, kota pesisir akan lebih berkembang karena adanya perdagangan.
“Dominasi ekonomi VOC menjadi penghambat kemajuan ekonomi lokal. “Contohnya, kalau kita melihat Kota Surabaya saat itu, sudah ada beberapa tanda-tanda perkembangan pra-industri,” jelas Andy kepada wartawan beberapa waktu lalu.
“Mereka (Surabaya) sudah mempunyai sistem sosial yang kompleks, sebanding dengan Eropa pada abad ke-17,” tambah Andi.
Karena jalur perdagangan utama melalui Malaka ditaklukkan oleh Portugis dan Belanda, para pedagang lokal tidak dapat lagi melanjutkan perdagangannya. Hal ini, kata Andi, membuka peluang bagi Belanda untuk memperluas perdagangan rempah-rempahnya di Asia Tenggara pada awal abad ke-16. Di sisi lain, melimpahnya pasokan rempah-rempah di Eropa menyebabkan harga turun.
Hal ini, kata dia, menimbulkan keuntungan besar bagi Belanda sehingga membentuk VOC untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah di Asia.
“Mereka terpaksa menyerahkan wilayah perdagangan yang dikuasai VOC dan akhirnya tewas,” imbuhnya.
Menurutnya, kenyataan ini sangat berbeda jika kita bandingkan dengan negara jajahan Inggris yang bertujuan menjadikan daerah jajahannya menjadi pasar. Dengan misi menciptakan kelas menengah yang mampu mengeluarkan uang, meningkatkan akses terhadap sumber daya manusia.
“Sebaliknya, Belanda adalah pedagang tanpa industri unggulan. Oleh karena itu kebijakan utama Belanda adalah memonopoli perdagangan di Indonesia dan menjualnya ke Eropa, ujarnya.
Lebih lanjut Andi menjelaskan, jika Indonesia tidak dijajah, kemungkinan besar orang Indonesia tidak akan minder dengan orang asing (Bules). Terlebih lagi, masyarakat Indonesia tidak akan menganggap semua produk dari luar negeri memiliki kualitas yang lebih tinggi dibandingkan produk dalam negeri.
Runtuhnya kolonialisme Belanda di Indonesia menyebabkan terbentuknya Indonesia modern seperti yang kita kenal sekarang. Pemuda saat itu menggunakan identitas kedaerahannya bukan atas nama separatisme (gerakan separasi). Namun lebih sebagai tanda komitmen regional mereka terhadap penyatuan wilayah jajahan.
Mereka tidak peduli lagi bahwa Aceh akan menjajah pesisir Minangkabau atau bahwa orang Bugis akan memperbudak suku pegunungan Toraya, atau bahwa bangsawan Jawa akan berusaha menaklukkan Pegunungan Sunda dan bahwa para maharaja Bali akan berhasil menduduki pulau Sasak.
Oleh karena itu, jika bukan karena Belanda yang menjajah dan menaklukan daerah-daerah di Indonesia pada waktu itu, mustahil seluruh daerah dapat bersatu dan menjadi seperti sekarang ini. Apa jadinya jika Belanda tidak menjajah Indonesia, kerajaan-kerajaan tersebut akan mendirikan negara berdaulatnya sendiri.
“Kesultanan Aceh misalnya, sudah menjalin hubungan diplomatik dengan beberapa negara Asia dan Eropa sebelum Indonesia merdeka. “Yang pasti tanpa kolonialisme, Indonesia seperti yang kita kenal sekarang akan sangat berbeda,” tutupnya.