Kisah Mualaf Cantik Amira, Gadis Tionghoa yang Terkesima dengan Islam

Jakarta – Seorang wanita bernama Lee Eng Hui, asal Seremban, Negeri Sembilan, Malaysia, memutuskan masuk Islam pada tahun 2009.

Lee Eng Hui yang kemudian berganti nama menjadi Nul Amira Anna Lee binti Abdullah memutuskan masuk Islam karena terpesona dengan ajaran agamanya.

Amira juga mengapresiasi respon cepat umat Islam terhadap peristiwa dalam hidupnya. Ia mencontohkan ketika seseorang mengalami kehilangan orang yang dicintai, dimana menurut Amir, umat Islam cepat menerima kenyataan dan bisa melangkah maju.

“Islam itu indah sekali. Subhanallah, Islam itu indah sekali. Islam memberi kita pedoman hidup. Misalnya, ketika kita bangun tidur, setiap pagi kita diajarkan untuk melakukan hal-hal tertentu, seperti berdoa saat bangun tidur dan berdoa ketika bangun tidur. pergi ke toilet ditemukan dalam Islam,” jelasnya.

Menyadari hal tersebut, Amira mulai mempelajari Islam lebih dalam. Ia bahkan mengambil kursus memahami agama. “Saya bertanya banyak tentang kursus itu. “Saya punya banyak pertanyaan dan selalu mendapat jawaban yang memuaskan,” ujarnya.

“Misalnya kenapa umat Islam harus shalat lima waktu? Mengapa umat Islam harus melakukan ini dan itu? Semua pertanyaan ini memiliki jawaban yang meyakinkan yang membuat saya yakin bahwa saya harus masuk Islam. Saya semakin yakin bahwa ada a Tuhan, bahwa Tuhan itu Esa dan Allah-lah yang Maha Kuasa dan yang menciptakan aku serta segala sesuatu yang aku lihat dan apa yang tidak aku lihat,” tambah Amira.

Perjalanan Amira sebagai seorang muslim banyak menghadapi konflik dengan keluarganya. Ia merasakan perubahan besar dalam sikap keluarganya, bahkan sampai mereka tidak menganggapnya sebagai bagian dari keluarga.

Amira mengenang momen saat hendak mengucapkan dua kalimat pengakuannya, tangis ibunya pun pecah. Ibunya merasakan kehilangan putranya dan baru kali ini ia menangis seumur hidup Amira.

“Aku mencoba menenangkan ibuku yang menangis. Dia takut aku akan berubah menjadi orang yang berbeda. Aku mencoba memberitahunya bahwa Islam yang aku pilih tidak seperti yang dia pikirkan. Namun saat itu aku tidak memiliki cukup pengetahuan untuk menjelaskannya. buat saya islam masya Allah ibu saya sangat pengertian, sekarang kami duduk bersama dan saya berdoa semoga ibu saya mendapat hidayah, Insya Allah,” ujarnya.

Selain itu, adiknya yang tidak paham Islam pun marah padanya, apalagi setelah Amira memutuskan untuk berhijab.

“Adikku marah. Katanya banyak umat Islam yang tidak bercadar. Kata Adikku, ada orang yang mengaku Islam tapi malah tidak memakai (cadar). Adikku mengaku tidak mengerti. pada awalnya,” katanya.

Amira terus berusaha membuat adiknya mengerti. Ia menjelaskan, sebagai seorang guru, adiknya pasti ingin dihormati saat mengajar murid-muridnya. Begitu pula dengan dia, setelah masuk Islam, dia ingin mengikuti semua ajaran Islam.

“Saya sampaikan kepadanya, setelah mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai seorang muslim, saya harus mengikuti ajaran Islam. Saya ingin mendapatkan jawaban yang benar. Saya ingin Tuhan ridha kepada saya. Saya ingin mendapatkan keridhaan Tuhan,” dia tambahnya.

Setelah masuk Islam, Amira banyak mengalami perubahan terutama dari segi penampilan. Kini dia terlihat sangat cantik dengan hijab.

“Awalnya mungkin sulit bagiku karena harus melakukan banyak hal baru. Keluarga mungkin merasa aneh kenapa aku berubah drastis. Mereka mungkin kesulitan menyesuaikan diri untuk makan bersama karena harus mencari tempat yang menyajikan makanan. halal.” makanan Tapi kita harus kuat, kuatkan iman. Kita cari makanan halal demi Allah,” jelasnya.

Setelah masuk Islam, Amira menghadapi banyak cobaan. Ia bahkan harus meninggalkan pekerjaannya karena perusahaan tempatnya bekerja tidak mengizinkan menutup aurat.

“Kesulitannya adalah ujian yang sulit karena saya harus meninggalkan pekerjaan yang saya jalani. Saya harus memulai dari awal. Memang tidak mudah dan sepertinya tidak mungkin. Tapi bagi Tuhan tidak ada yang tidak mungkin, jadi saya percaya pada Tuhan.” dan aku sedang berusaha,” jelasnya.

Cobaan hidupnya tidak berhenti sampai di situ. Usai pernikahan, Amira harus meninggalkan suami tercintanya selamanya. Meski pasti sedih, ia menganggapnya sebagai ujian dari Tuhan yang harus ia hadapi.

Saya bersyukur jika Tuhan mencabut nyawanya dalam keadaan seperti itu. Saya merasa Tuhan sedang menguji dia (suaminya) dengan suatu penyakit. Semoga Allah mengampuni segala dosanya, Aamiin”. Kata Amira.

“Dan dia mendapat kesempatan untuk mengucapkan dua kalimat syahid ketika nyawanya dicabut, yang mungkin tidak mampu saya lakukan. Ketika saya melihat seseorang diuji dengan ujian yang sangat sulit, dia menerimanya dengan senang hati. Mengapa tidak? Saya merasakan kegembiraan. dengan senang hati, aku harus menerimanya dengan senang hati,” lanjut Amira.

Amira membawa pesan dan semangat kepada individu yang baru masuk Islam. Baginya, Islam memiliki keindahan yang mampu mengantarkan seseorang pada kebaikan.

Baginya, ketika ada anggota keluarga atau temannya yang memutuskan masuk Islam, tidak perlu khawatir. Dia tidak akan berubah secara signifikan dan akan tetap menjadi pribadi yang sama seperti sebelumnya. Mungkin satu-satunya perbedaan mencolok adalah fashionnya, tapi selain itu semuanya tetap sama.

“Keluarga tidak perlu merasa was-was. Islam sangat menghargai hubungan kekeluargaan. Padahal, tidak benar jika ada anggota keluarga yang mengatakan bahwa yang masuk Islam tidak bisa pulang ke rumah atau tidak bisa makan bersama keluarga. “Itu tidak benar,” tutupnya Amira.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *