Jakarta – Sara Bowker adalah seorang Amerika yang tinggal di South Beach, Florida dan Miami dan menjalani kehidupan mewah.
Laporan SIAP Titik Kumpul, Rabu 20 Maret 2024 Kehidupan Sarah Bowker saat itu hanya terfokus pada menjaga penampilan sehingga membuatnya diminati banyak orang. Hingga suatu saat dia menemukan Islam dan mencoba berhijab.
Kisahnya melepas bikini dan berhijab sangat menginspirasi.
“Saya dibesarkan di sebuah kota kecil di Amerika Serikat. Saya hanya menganut agama yang didominasi Kristen. Atas dorongan ibu saya, saya dan keluarga terkadang pergi ke gereja dan akhirnya saya menjadi seorang Lutheran,” katanya.
“Saya percaya Tuhan, tapi saya tidak percaya semua yang ada di gereja, seperti nyanyian, penyembahan salib dan gambar Yesus, itu tidak masuk akal bagi saya,” imbuhnya.
Sarah putus sekolah dan mulai minum alkohol, dan pada usia 19 tahun, dia meninggalkan kampung halamannya dan pindah ke Florida. Ia berusaha beradaptasi dengan gaya hidup di sana, hingga menjadi ketagihan dengan penampilannya.
Uang yang dimilikinya dihabiskan untuk menata rambutnya agar semenarik mungkin di mata publik. Setelah bertahun-tahun, Sarah Bowker mulai merasa terpenjara oleh penampilannya.
Semua perasaan kepuasan diri dan kesenangan menghukumnya pada kehidupan yang menyenangkan.
Sarah mulai mengubah pekerjaannya dari berpesta dan minum-minum menjadi meditasi, keterlibatan dalam komunitas, dan mempelajari agama lain.
Hingga terjadinya serangan 11 September 2001, ketika seluruh AS bahkan dunia mulai merujuk pada Islam dan terorisme.
“Bahkan saat itu saya mengasosiasikan Islam dengan perempuan yang tinggal di tenda, dengan pemukulan terhadap istri dan dunia yang penuh teror. Sebagai seorang feminis dan aktivis, saya menginginkan dunia yang lebih baik untuk kemanusiaan. Saya adalah segalanya,” kata Sarah.
Melalui kiprahnya sebagai aktivis, ia bertemu dengan seorang pria muslim yang memperjuangkan keadilan dan kemanusiaan karena pendirian Amerika.
Orang tersebut menceritakan kisah Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam kepada para sahabatnya dan pada saat itulah Islam berkembang.
“Saya kaget mendengar cerita-cerita ini, karena saya tidak tahu apa-apa tentang sejarah Islam. Saya terpesona oleh Islam dan membaca semua yang saya bisa tentangnya, mau tidak mau meneliti Alquran,” ujarnya.
Suatu hari Sarah menemukan Alquran, kitab suci yang dipandang rendah oleh dunia Barat.
“Awalnya saya tertarik dengan wujud luar Al-Qur’an dan menjadi penasaran dengan membacanya untuk memahami keberadaan kehidupan, ciptaan, dan hubungan antara pencipta dan yang diciptakan,” ujarnya.
“Saya menemukan bahwa Alquran sangat menyentuh hati dan jiwa saya, namun saya tidak perlu menerjemahkannya atau bertanya kepada pendeta,” tambah Sarah.
Pada Januari 2003, saat berusia 29 tahun, Sarah memeluk Islam sepenuhnya. Usai mengucapkan syahadat, ia merasakan kedamaian dan keraguan.
Ia juga merasa tiba-tiba mempunyai alasan untuk hidup dan inspirasi untuk terjun ke dunia nyata. Setelah itu, Sara mulai mengenakan busana muslim berhijab.
“Saya membeli baju panjang yang bagus seperti baju muslim dan hijab dan hanya berjalan-jalan di jalan-jalan, dimana beberapa hari yang lalu saya hanya mengenakan celana pendek, bikini atau baju kerja yang lucu,” kata Sarah.
“Orang-orang yang saya temui tetap sama tetapi saya menjadi seorang wanita untuk pertama kalinya. Saya merasa bebas dari belenggu dan akhirnya menjadi orang yang bebas,” tambahnya.
Usai berhijab, Sara ingin tahu tentang niqab. Ia pun meminta istrinya yang beragama Islam untuk menikah dengannya setahun setelah ia masuk Islam.
“Saya pikir Allah akan lebih ridha dan saya merasa lebih damai dibandingkan memakai hijab,” kata Sarah Bowker.