Demi Rusia, Presiden Ossetia Rela Ikut Perang Jadi Tentara Bayaran

VIVA – Kabar mengejutkan datang dari perang Rusia-Ukraina yang telah berlangsung hampir 20 bulan. Presiden ke-4 Republik Ossetia Selatan ini dikabarkan terlibat dalam mendukung militer Rusia selama invasi ke Ukraina.

Letnan Jenderal Anatoly Bibilov, Presiden ke-4 Republik Ossetia Selatan, saat ini wakil komandan Korps Serangan Relawan (VAC).

Bibilov, yang menjabat presiden Republik Ossetia Selatan dari tahun 2017 hingga 2022, memutuskan mundur untuk mendukung agresi militer Rusia.

Menurutnya, persentase warga Ossetia Selatan tertinggi adalah anggota VAC. Jumlah ini bisa dibandingkan dengan tentara bayaran yang mendukung tentara Rusia dalam perang di Ukraina.

Saat ini, terdapat sekitar 1.200 warga Republik Ossetia Selatan di Korps Penyerang Relawan. Sementara itu, Bibilov mengklaim jumlah tersebut terus bertambah.

“Ada lebih banyak orang Ossetia Selatan di negara kami dalam persentase (dibandingkan dengan orang asing lainnya),” kata Bibilov.

“Saat ini jumlahnya 1.100-1.200, tapi jumlahnya terus bertambah,” ujarnya seperti dikutip VIVA Military dari Democracy & Freedom Watch.

Lebih lanjut Bibilov menjelaskan, ribuan warga Ossetia Selatan sangat antusias membela Rusia karena faktor sejarah yang penting.

Sejak tahun 1920-an, Rusia berjasa menyelamatkan ribuan warga Ossetia dari genosida atau pembersihan etnis. Dukungan ini berlanjut sebagai bagian dari perlawanan terhadap Georgia pada tahun 1990-an hingga berdirinya Republik Ossetia Selatan pada tahun 2008.

Bibilov mengungkapkan unit Korps Penyerang Relawan bertempur di hampir semua lini. Namun, sebagian besar anggota milisi berlokasi di Oblast Bakhmuk (Artyomovsky) di Republik Rakyat Donetsk (DRP).

Selain warga Ossetia Selatan, anggota VAC juga mencakup warga asing dari Amerika Latin, Prancis, Spanyol, Italia, Serbia, dan negara-negara bekas Uni Soviet.

Beberapa tahanan yang dibebaskan dengan imbalan amnesti juga bertugas di korps tersebut. Sayangnya, Bibilov belum mau membeberkan detailnya.

“VAC mempertemukan unit relawan yang sebelumnya menjalankan tugas secara terpisah. Beberapa dari mereka berubah menjadi brigade penuh. Efektivitasnya meningkat secara signifikan,” kata Bibilov.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *