Mirin dan Shoyu Haram, Ini Tips ke Restoran Jepang yang Belum Berlogo Halal 

JAKARTA, VIVA – Hanya sedikit orang yang menganggap aman bagi umat Islam untuk makan di restoran Jepang karena tidak mengandung daging babi. Namun beberapa bumbu dapur yang biasa digunakan dalam semua masakan Jepang tidak halal atau haram. 

Bumbunya adalah mirin dan shoyu. Mirin sendiri sering ditambahkan pada sushi dan memiliki rasa yang manis. Sayangnya, bumbu cair berwarna kuning ini memiliki kandungan alkohol yang sangat tinggi yaitu 10-14% sehingga haram. Gulir untuk mengetahui detail selengkapnya!

Selain itu, shoyu umumnya ditambahkan ke sup ramen atau udon, yang tidak halal. Menurut Anka Syah, salah satu penggila gaya hidup halal, kedua bumbu ini biasa digunakan di semua restoran Jepang, terutama yang tidak memiliki sertifikasi halal.

“Mirin itu seperti bumbu, kalau di Indonesia itu seperti mecin, hampir di semua masakan (makanan Jepang). Anka yang saya temui baru-baru ini di Jakarta mengatakan, ‘Jadi kalau makanan Jepang pakai mirin, maka makanan itu haram.’

Shoyu juga sama. Shoyu mungkin dilarang karena kandungan alkoholnya. “Terkadang ada merek yang mencampurkan shoyu dengan mirin,” tambahnya. 

Sayangnya, masih banyak restoran Jepang di Indonesia yang belum bersertifikat halal. Jadi, bagaimana sebuah restoran bisa memastikan bahwa sushi, ramen, dan udonnya bebas mirin dan shoyu?

“Jangan tanya ke pramusaji, jangan bertanya, minta izin ke pengelola atau chefnya, karena pramusaji biasanya tidak tahu, tapi chefnya terbuka. Mereka paham betul apa yang halal atau haram,” jelasnya. Anka.

Khusus bagi negara yang belum menggunakan aplikasi untuk mengecek makanan halal atau haram, Anka menyarankan untuk memperhatikan bahan-bahan yang digunakan.

“Untuk restoran, kami mencari informasi restoran ramah muslim. “Jadi kalau mencari makanan kemasan, periksa dulu bahan-bahannya,” ujarnya.

“Pola makan vegan adalah yang paling aman, tetapi Anda harus menghindari alkohol dalam pola makan Anda. Anka Syah menambahkan, “Tapi saat ini rata-rata banyak negara yang menawarkan aplikasi muslim, seperti Eropa, Jepang, Korea, dll, dan saya belum menemukannya.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *