JAKARTA – Devaraputri Perananda, calon legislatif (Kelig) Partai Garuda DPRI pada Pemilihan Umum (Depl) XI Jawa Barat, menjadi dalang terbunuhnya rivalnya Andriana.
Entah karena tekanan usai kalah dalam Pemilihan Legislatif (Pailag) atau mungkin karena rasa cemburu yang tak terkendali, calon legislatif ini memutuskan untuk mengakhiri hidup rival tercintanya yang meliputi wilayah Majalengka, Sabang, dan Samidang.
Perempuan muda berusia 24 tahun itu hanya mampu mengumpulkan sekitar 226 suara di daerah pemilihannya.
Sebagai calon Wakil Rakyat, Devaraputri Prananda harus mempunyai misi mulia, seperti memberikan program kesehatan gratis bagi masyarakat miskin dan menjamin akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas dengan biaya terjangkau, sehingga kesejahteraan masyarakat dapat tercapai secara adil.
Namun sayangnya, di balik misi mulia tersebut tersembunyi kepribadian yang sangat kejam. Ia pun berani menyewa seorang pembunuh bayaran karena cemburu karena dikhianati oleh kekasihnya sendiri, DT.
Wakil Ketua Umum Partai Garuda Teddy Gosnidhi mengakui nama Devaraputri Pranand terdaftar sebagai calon legislatif di partainya. Namun, ia mengaku belum mengenal Devaraputri secara langsung.
Seperti diketahui, jenazah Indriya ditemukan pada 25 Februari 2024 oleh warga di tepian sungai di kawasan tandus, tidak diketahui identitasnya, dan ditutupi kain.
Setelah itu, polisi memulai penyelidikan untuk menangkap terdakwa yang terlibat dalam pembunuhan wanita tersebut, dan akhirnya berhasil menangkap tiga orang yang diduga terlibat dalam pembunuhan Andriana.
Kasus pembunuhan yang kini menjadi sorotan bermula dari kisah cinta segitiga antara Devaraputri, Indriya Devi, dan pria bernama Didit Alfiansia.
Devaraputri yang berusia 24 tahun telah menjalin hubungan romantis dengan Didit selama lima tahun. Namun di saat yang sama, Didot juga sempat menjalin hubungan spesial dengan Indriana Dewi.
Sadar akan situasi tersebut, Deva akhirnya menghadapkan Didet pada sebuah pilihan. Jika Dedit memilihnya, dia meminta Indriya dibunuh.
Cemburu, Didet akhirnya memilih Dewara. Dedit Al-Fiansia kemudian meminta bantuan temannya, Mohammad Reza Sostika, untuk mengakhiri hidup perempuan berusia 25 tahun tersebut.