Banjir Demak Pertanda Kembalinya Selat Muria? Ini Kata BRIN

Demak – Banjir yang menggenangi Demak, Jawa Tengah dan sekitarnya santer dikaitkan dengan kembalinya Selat Muria.

Pembahasan kembalinya selat yang memisahkan Kudus dan Jepara dengan Pulau Jawa pertama kali dibahas di akun X @nuruzzaman2 pada Selasa 19 Maret 2024.

Dalam unggahannya, akun tersebut memetakan sebaran banjir tahun 2024 yang melanda wilayah Demak dan sekitarnya, disertai foto cuplikan masa lalu, saat Selat Murian masih ada sekitar abad ke-8 dan ke-16.

“Benarkah Selat Muria akan hidup kembali? Pada tahun 2024, Semenanjung Muria sudah dua kali mengalami banjir besar. Bahkan, kawasan ini kerap dilanda banjir akibat meluapnya Sungai Ulan. “Tetapi yang terjadi di awal tahun 2024 sungguh di luar dugaan,” demikian isi cerita yang diunggah, merujuk pada Jumat, 22 Maret 2024.

Hingga tulisan ini dibuat, unggahan tersebut telah menjangkau lebih dari 2 juta akun, 21 ribu suka, dan 5 ribu dibagikan ulang oleh X pengguna.

Lantas benarkah Selat Muria akan dihidupkan kembali?

Peneliti Pusat Penelitian Bencana Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Eko Soebovo menegaskan, banjir yang melanda Demak dan sekitarnya tidak ada kaitannya dengan terjadinya Selat Muria.

Menurut dia, banjir yang melanda Demak saat ini hanya disebabkan oleh pengaruh alam, yakni cuaca ekstrem dan hujan yang terus mengguyur wilayah tersebut.

Cuaca ekstrem dan daerah aliran sungai di kawasan itu tidak bisa menampung banyak air hujan karena sedimen, kata Eko dikutip Antara, Rabu, 20 Maret 2024.

Selain faktor alam, aktivitas manusia seperti penggundulan hutan dan alih fungsi lahan juga menyebabkan pengendapan di sisi selatan. Selain itu, pengambilan air tanah yang berlebihan di wilayah pesisir utara Pulau Jawa juga menyebabkan permukaan tanah turun 5-10 sentimeter per tahun.

Dia menegaskan, penyebab berubahnya daratan menjadi selat adalah kenaikan permukaan laut, bukan banjir. – Menurut kami, ini tidak akan terjadi. “Faktor utama yang menyebabkan (darat) kembali menjadi selat adalah kenaikan permukaan air laut,” jelasnya.

Eco meminta pemerintah menata kembali tata guna lahan, menambah jumlah daerah tangkapan air, dan mengurangi eksploitasi air tanah yang berlebihan sebagai upaya mengatasi masalah seringnya banjir.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *