JAKARTA – Selama bulan suci Ramadhan, umat Islam di seluruh dunia berpuasa sebagai bagian dari kewajiban agama mereka. Puasa bukan hanya sekedar berpantang makan, minum, dan syahwat dalam kurun waktu tertentu, namun juga menyangkut pengendalian diri terhadap perilaku dan ucapan.
Aspek penting dari puasa adalah menjaga lidah bebas dari kata-kata yang tidak berguna dan berdosa. Salah satu hal yang sering menjadi perhatian adalah gosip atau gosip. Pertanyaannya, apakah membicarakan orang lain merusak buah puasa?
Berbicara atau bergosip adalah ketika seseorang berbicara negatif tentang dirinya di belakang, tanpa kehadirannya maka akan menyakiti atau menyakitinya. Hal ini termasuk mengungkap rahasia seseorang, mengkritik atau mengejeknya, atau menyebarkan kepalsuan dan ketidakbenaran.
SEBUAH. Selain itu, seperti yang pernah disampaikan oleh Shoaib Al-Uloom dalam bukunya “Fiqih Harian Mazhab Sayyaf” bahwa perbuatan yang mengurangi pahala puasa adalah meninggalkan shalat wajib, berbohong, membenci, dan berkelahi satu sama lain (contoh). Membeli barang haram, menghambur-hamburkan uang untuk berbuka, dan sebagainya.
Padahal, saat tidak berpuasa, sebaiknya hindari mengkritik, bahkan bergosip dalam keseharian. Sebab, kebencian dapat berujung pada pecahnya keretakan, hancurnya cinta, bertambahnya permusuhan, munculnya kekufuran bahkan kehinaan, yang dikutip dari Awais! Bahaya Bahasa oleh Ed Abdullah al-Qarni.
Kritik dilarang dalam ayat 12 Surat Hujarat Al-Qur’an. “Wahai orang-orang yang beriman, waspadalah terhadap banyak prasangka, padahal sebagian prasangka itu dosa, jangan mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kalian yang mengeluhkannya. Adakah di antara kalian yang suka memakan daging saudaranya yang sudah meninggal?