Filipina dan Vietnam Bergandengan Tangan Lawan Ketegasan Tiongkok

VIVA – Taiwan dan Laut Cina, ECDA terus mengambil tindakan untuk mencegah kemungkinan serangan di wilayah tersebut. Lu Zhengfeng, seorang profesor di Universitas Nasional Emas dan Pertambangan di Taiwan, percaya bahwa kerja sama keamanan ini merupakan respons langsung terhadap aktivitas Tiongkok di Laut Tiongkok.

Seperti yang diberitakan Singapore Post pada Kamis, 15 Februari 2024, kurangnya pasokan mineral dan makanan laut Tiongkok serta pengerahan militer telah menimbulkan kekhawatiran di antara mitra regional.

ECDA bertujuan untuk mengatasi perubahan ini dan meningkatkan keselamatan publik. Filipina dan Vietnam mempunyai ancaman keamanan yang sama dari Tiongkok di Laut Cina.

Sementara itu, peneliti Zhong Zhidao, peneliti di Institut Nasional Studi Keamanan dan Keamanan di Taiwan, menekankan bahwa kerja sama keamanan seperti itu adalah hal yang wajar dan perlu. Kerja sama kedua negara bermula dari kepentingan bersama dalam melawan kedaulatan Tiongkok dan menjaga keamanan regional.

Konflik muncul antara Tiongkok dan Filipina, serta antara Tiongkok dan Vietnam, karena adanya negara yang bersaing. Secara khusus, tahun lalu terjadi provokasi oleh kapal penjaga pantai Tiongkok terhadap kapal Filipina di Laut Tiongkok, sehingga meningkatkan ketegangan dan ketegangan hubungan.

Upaya bersama Filipina dan Vietnam mencerminkan keinginan keamanan regional dan tanggapan bersama terhadap tindakan Tiongkok.

Dalam perkembangan besar, Jepang dan Jerman menandatangani Perjanjian Timbal Balik (RAA). Ini adalah perjanjian pertama antara Jepang dan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara. Anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia (ASEAN).

RAA memfasilitasi kehadiran pasukan kunjungan dan kegiatan pelatihan militer. Perjanjian ini menekankan pentingnya kerja sama keamanan di luar kerja sama tradisional.

Meskipun kedua negara ingin memperkuat kemampuan pertahanannya, kerja sama kedua negara akan berkontribusi terhadap keamanan regional dan akan menjadi strategi untuk menangani masalah keamanan yang muncul.

Meskipun perjanjian ini memperkuat kerja sama, hal ini juga dapat menimbulkan kekhawatiran bagi Beijing karena implikasinya terhadap sengketa di Laut Cina Selatan.

Keseimbangan antara keamanan regional dan hubungan internasional masih menjadi perhatian semua pihak.

Sebagai bagian dari perjanjian keamanan, Amerika Serikat dan Filipina mengirimkan kapal induk AS untuk melakukan patroli bersama kedua di Laut China pada awal Januari.

Kerja sama antara Filipina dan Vietnam serta kerja sama Jepang dengan Amerika Serikat dan pasukan Eropa menunjukkan bahwa keamanan meningkat secara internasional di Laut Cina.

Pada tanggal 29 Januari, Menteri Luar Negeri Yoko Kamikawa dan Duta Besar Jerman untuk Jepang bertemu. Clemens von Götze menandatangani perjanjian untuk mengakuisisi ACSA dan mengkonsolidasikan layanan di Tokyo.

Hal ini memudahkan proses pembagian makanan, bahan bakar dan amunisi antara pasukan pertahanan dan tentara Jerman.

Sebagai tanggapan, media pemerintah Tiongkok mengatakan kesepakatan itu akan menimbulkan kerusuhan di wilayah tersebut.

Sebagai negara ketujuh yang menandatangani ACSA dengan Jepang, Jerman telah meningkatkan keterlibatannya di kawasan Indo-Pasifik dalam beberapa tahun terakhir, dan memperkuat kerja sama keamanan dengan Jepang, seperti mengirimkan kapal perusak dan jet tempur ke Jepang untuk pelatihan.

Menurut Kyoto News, baik Jepang maupun Jerman sepakat bahwa keamanan di Asia dan Eropa tidak dapat dipisahkan, mengingat kebangkitan Partai Komunis Tiongkok dan invasi Rusia ke Ukraina.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *